Sidoarjo – Besar harapan warga Desa Pagerwojo, Kecamatan Buduran, terhadap kehadiran Rumah Sakit Mitra Keluarga Buduran kini berubah menjadi kekecewaan. Janji awal pihak rumah sakit untuk memprioritaskan rekrutmen tenaga kerja lokal dinilai belum terealisasi hingga kini.
Melalui wadah Gerakan Aspirasi Masyarakat Pagerwojo (GAMP), warga mendesak manajemen RS Mitra Keluarga agar menepati komitmen sosial yang telah disampaikan sejak awal pembangunan.
Ketua GAMP, Bramada, S.H., menegaskan bahwa investasi besar seperti Mitra Keluarga semestinya membawa manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.
“Kami menuntut agar rumah sakit membuka peluang kerja bagi warga lokal, khususnya Pagerwojo dan Buduran. Pembangunan harus berkeadilan sosial,” ujarnya dalam sosialisasi warga, Senin (10/11/2025).
Menurut data GAMP, dari total kebutuhan tenaga kerja di RS Mitra Keluarga Buduran, hanya sekitar empat warga Pagerwojo yang diterima bekerja, sebagian besar di posisi non-medis seperti sopir dan petugas kebersihan. Padahal, banyak pelamar lokal memiliki kualifikasi pendidikan relevan, termasuk sarjana kesehatan dan akuntansi.
Selain itu, GAMP juga menyoroti tawaran kerja yang justru menempatkan warga Pagerwojo di luar daerah, bahkan di luar Pulau Jawa. Hal ini dianggap tidak sejalan dengan semangat rekrutmen lokal yang pernah dijanjikan.
Warga juga mempertanyakan transparansi dana kompensasi sosial dari pihak rumah sakit yang disebut telah disalurkan melalui pemerintah desa, namun belum diketahui bentuk maupun alur penggunaannya.
Situasi sempat memanas saat perwakilan GAMP menggelar audiensi dengan Pemerintah Desa Pagerwojo pada Senin pagi (10/11/2025). Dialog yang berlangsung cukup tegang itu dihadiri Ketua RW 05 H. Amin, perangkat desa, serta sejumlah perwakilan warga. Rapat dipimpin langsung oleh Kepala Desa Pagerwojo, H. Achmad Mulyanto, S.H.
Dalam forum tersebut, H. Amin menjelaskan bahwa RS Mitra Keluarga sebelumnya telah berkomitmen secara lisan untuk membuka kesempatan kerja bagi warga lokal pada November 2025.
“Kami sudah menyerahkan lamaran melalui desa sesuai arahan pihak RS, tapi sampai sekarang belum ada kabar,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Kepala Desa Achmad Mulyanto menyatakan siap memfasilitasi langkah lanjutan dengan mengirimkan surat resmi audiensi ke manajemen RS Mitra Keluarga.
Namun, usai audiensi, perwakilan GAMP mengaku belum puas dengan hasil pertemuan dan langsung mendatangi pihak rumah sakit untuk menindaklanjuti kejelasan proses rekrutmen. Salah satu perwakilan RS Mitra Keluarga hanya menyampaikan singkat,
“Kami akan sampaikan ke pimpinan.”
Bramada menutup pernyataan dengan menegaskan:
“Teman-teman yang melamar bukan memaksa, tapi berdasarkan kompetensi. Kalau memang sesuai kriteria rumah sakit, tidak ada masalah diterima. Sejak awal, komitmen pendirian Mitra Keluarga adalah penyerapan tenaga kerja lokal.”
Bramanda menyampaikan, transparansi perekrutan belum juga ditunjukkan, sementara rencana audiensi akan dilanjutan dan pernah akan ada audensi namun batal secara sepihak oleh Ketua Karang Taruna, dan warga mengaku tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan,” pungkasnya.@arf


